Langsung ke konten utama

#30HariKotakuBercerita Perpustakaan Tempat Peristirahatan

Sumber foto: @InfoKotaMetro


Sama halnya dengan Masjid Taqwa, Kantor Perpustakaaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah Kota Metro ini sebenarnya sangat strategis. Berada di pusat kota. Ditambah lagi, dekat lokasi beberapa SD di Metro yang berderet di sekitar Lapangan Samber. Harusnya ini menambah nilai poin lebih untuk perpustakaan agar menarik minat masyarakat Metro.
Kenapa saya membahas Perpustakaan sebagai ruang publik? Kebetulan di bulan September, tepatnya di tanggal 14 September bertepatan dengan Hari Kunjung Perpustakaan. Cocok kan momennya, apalagi profesi saya sebagai pustakawan, jadi ya hitung-hitung sebagai salah salah wujud nyata terhadap pengembangan profesi, hehe...




Tahun lalu, saya berkesempatan menjadi juri Lomba Resensi Antar SMA yang merupakan salah satu lomba dari rangkaian acara Hari Kunjung Perpustakaan yang diadakan oleh perpustakaan ini. Dari rangkaian acara tersebut, sebenarnya yang paling menarik adalah pemberian reward bagi pemustaka, yang terdiri dari pemustaka terbaik secara individu dan kelompok. 

Pemustaka secara individu diraih oleh seorang mahasiswa dari salah satu Perguruan Tinggi di Metro. Yang namanya mahasiswa, sealergi-alerginya sama perpustakaan, kalo udah semester akhir pasti ya ke perpustakaan, apalagi kalo bukan karena butuh buat referensi tugas akhir atau skripsi, hehe..

Kemudian, Pemustaka secara kelompok diraih oleh sebuah keluarga. Jadi, ada sebuah keluarga yang rutin berkunjung ke perpustakaan ini; ayah, ibu, dan anak-anaknya. Nah, perpustakaan bisa menjadi ruang publik yang seharusnya bisa diminati warga untuk sekedar bercengkrama ataupun untuk berdiskusi. Di ruang baca anak, saya sering melihat anak-anak SD yang pulang sekolah, sementara orangtua mereka masih bekerja, mereka dititipkan di ruang ini, bebas membaca. Kebetulan perpustakaan tutupnya sama dengan jam kantor, jadi para orangtua bisa aman membawa anaknya ke sini; aman dan nyaman.

Tapi sayangnya, perpustakaan yang memiliki bangunan megah dan letaknya sangat strategis ini sepi pengunjung. Kenapa? Ada banyak beberapa faktor. Pertama, yang ditunjuk sebagai kepala perpustakaan selalu dari jenjang struktural umum, justru bukan yang berlatar belakang ilmu perpustakaan. Sudah beberapa kali ganti kepala, tapi belum ada perubahan yang signifikan. Kurang ada gregetnya. 

Kedua, dari segi SDM-nya. Sebenarnya pegawainya lumayan banyak. Sayangnya rata-rata adalah pegawai umum. Yang berlabel pustakawan pun hanya lima. Sebenarnya lima pustakawan pun sudah cukup untuk membuat perpustakaan melakukan inovasi. Lagi-lagi, kurang ada gregetnya. Saya aja sebagai pustakawan sekolah sampai gemas, hehehe..

Ketiga, perpustakaan kurang ada gongnya. Sebagai sarana sumber informasi, harusnya kebutuhan informasi masyarakat Metro bisa terpenuhi di sini. Misalnya, pengadaan wifi di perpustakaan bisa menjadi salah satu daya tarik masyarakat buat berkunjung ke sini. Sekolah-sekolah saja rata-rata sudah ber-wifi, masak perpustakaan belum ada?!?

Keempat, sistem layanan dan koleksinya masih terbatas. Perpustakaan bisa bekerja sama dengan penerbit untuk pengadaan buku-buku terbaru, jangan hanya buku sisa dari bazar yang rata-rata hanyalah buku-buku cuci gudang alias stok lama. Sistem layanan juga menyangkut SDM yang bekerja di sini. Apalah arti banyak pegawai jika kurang maksimal kerjanya. Harusnya perpustakaan merekrut pegawai-pegawai yang tidak hanya mengerti ilmu perpustakaan, tapi juga memahami IT. Zaman sekarang kayaknya ketinggalan banget kalo apa-apa sistemnya masih manual x))

Jika perpustakaan sudah bisa merenovasi empat poin yang disebutkan di atas, niscaya perpustakaan bisa menjadi salah satu ruang publik favorit pilihan masyarakat Metro dan sekitarnya.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo

  Sebenarnya gak antusias waktu tahu serial ini tayang. Pertama, setting cerita yang ala-ala kerajaan gitu biasanya bertele-tele. Kedua, pemain perempuannya banyak yang bilang nggak suka. Tapi semakin ke sini, makin banyak yang bilang suka drama ini dari segi cerita. 

REVIEW Extracurricular

  Awalnya gak niat nonton ama drama ini, ternyata banyak yang bilang bagus. Bukan sekedar kisah remaja dengan cerita menye-menye semata. Terlihat dari posternya yang terkesan dark, drama ini mengisahkan sisi kelam para remaja: prostitusi online.

REVIEW Welcome to Waikiki 2

Setelah nonton drama Welcome to Waikiki 1 yang super parah sengkleknya, rasanya kurang afdol jika nggak nonton seri yang kedua x))